Thursday 25 August 2016

Kursus atau Belajar Mandiri?

Bagi pemerhati budaya Jejepangan, pastinya even ini sudah tidak asing lagi. Hanya digelar setahun dua kali di seluruh dunia, yap Japanese Language Proficiency Test sebentar lagi akan digelaaaaar! *yeay* Desember 2016 ini akan diadakan JLPT dan saya daftar untuk level N3. Sebenarnya ada perasaan takut gagal, tapi tidak ada salahnya dicoba karena biayanya murah dan kesempatan tesnya sangat langka. Kalau gagal, toh masih bisa dicoba lagi enam bulan kemudian.

Terakhir kali saya belajar bahasa Jepang secara formal itu November 2015. Sudah lama sekali, ingatan saya sudah mulai membeku. Selain belajar mandiri, kemarin saya mencari-cari tempat kursus bahasa Jepang.

Paling bagus tentu saja di Japan Foundation. Berada di kawasan Senayan, lembaga ini didirikan oleh pemerintah Jepang langsung. By the way, Japan Foundation itu berbeda dengan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Japan Foundation bergerak di bidang sosial dan budaya pop, bukan tempat mengurus visa ya. Hehe. Namun, setelah saya bertanya pada petugas yang menangani kursus bahasa Jepang, kelasnya rata-rata mulai jam 18.30 – 20.30 dan tidak ada kelas akhir pekan. Mungkin tidak masalah kalau tempat tinggal saya di Jakarta. Huhuu~

Tempat kedua yang saya datangi yaitu Shinjuku Nihongo Center di BSD City. Bangunannya di ruko Golden Boulevard. Ada dua kelas yang ditawarkan yaitu kelas reguler dan kelas persiapan JLPT. Setelah dipertimbangkan, saya berniat mengambil kelas reguler karena biayanya hanya 64% dari kelas persiapan JLPT. Lalu, saya sebelumnya pernah ikut kelas persiapan JLPT di Pusat Studi Jepang UGM dan itu bebannya berat sekali. Saya tidak yakin bisa mengikuti ritme kelas persiapan JLPT kali ini karena sudah lama tidak belajar bahasa Jepang. Jadi, rencananya ikut kelas reguler saja, latihan soalnya di rumah.

Begitulah rencana saya sebelum negara api menyerang...

Biaya kelas reguler di Shinjuku Nihongo Center memang hanya 64% dari kelas persiapan JLPTnya, namun itu 7,6x lipat lebih mahal dari kelas reguler sewaktu saya belajar di Pusat Studi Jepang UGM. Like, whaaaaaat? Bukan 2x lipat lebih mahal, ini bahkan 7,6x lipat! “Ya sudahlah, investasi untuk masa depan,” pikir saya.

Kemudian, saya pergi ke ATM ingin mentransferkan biayanya. Begitu sudah di ATM, nomor rekening tujuannya hilang. “Ambil cash saja, lalu besok datang ke tempat kursusnya,” pikir saya. Keesokan harinya, waktu menghitung uang yang akan dibayarkan... Kok jadi sayang ya? Ini jumlah yang tidak sedikit bagi saya. Pundi-pundi tabungan boleh mengumpulkan dari kerja romusha di Toyota. Mending dipakai foya-foya di Kinokuniya. Huhu.

Jadi, kali ini saya memutuskan untuk tidak kursus. Mahal. Kalau ada yang mau bayarin sih ga masalah... Haha. Yuk mari kita ke Kinokuniya saja. Bisa dijual lagi bukunya kalau sudah lulus N3. Haha ngga mau rugi~~

No comments:

Post a Comment